Akan sulit mengakui kehambaan jika kita masih saja merasa mulia, sombong, ujub, merasa telah berbuat banyak amal kebaikan, merasa telah mendapatkan karunia pengetahuan Nya, merasa lebih mengetahui tentang Nya, merasa lebih bijak daripada orang lain, merasa telah mengetahui Nya dengan segala sifat-sifat Nya, dsb.
Jangan pikirkan apakah bermanfaat atau tidak dalam berbuat suatu kebaikan. Lakukanlah dengan keyakinan yang teguh, lakukanlah bersama Nya dan bagi Nya saja, bukan dengan dan bagi diri kita yang hina dina.
Kita tidak akan bisa melakukan apapun tanpa Izin dan Kehendak Nya, tidak akan bisa dan mampu serta mengerti seperti sekarang kalau bukan semua itu adalah merupakan karunia Nya, merupakan pemberian Nya.
Berhati-hatilah, Al Haq Azza Wa Jalla mengetahui setiap niat dan hal apapun yang terbesit dalam diri dan jiwa setiap mahluk Nya.
Ketika itu terjadi, mohon ampunlah kepada Nya, karena kita dalam hitungan detik telah melakukan sebuah dosa Syirik Kahfi ( Syirik Tersembunyi ) yang semakin lama membesar sehingga cukuplah ia disebut sebagai dosa Syirik Akbar ( Syirik Besar ). Dan dapat pula dikatakan, bahwa kita telah tidak memiliki Adab sama sekali dihadapan Penguasa diri dan jiwa setiap mahluk diseluruh Alam Jagat Semesta ini.
Bukankah yang terlaknat Iblis terusir dan terhukum karena "merasa" ?!,renungkan wahai sahabat, sebelum semuanya terlambat. Karena itu, rasa hina dina, apakah karena diakibatkan oleh kemaksiatan atau seseorang mampu menjaga rasa hina dina di hadapan Allah Ta’ala, adalah kunci terbukanya pintu-pintu hijab Allah Ta’ala, karena kesadaran seperti itu, membuat seseorang lebih mudah fana’ (hancur) dan mengetahui siapa sesungguhnya dirinya sendiri di hadapan Nya.
Hinakanlah dirimu dihadapan Nya, bahwa engkau hanyalah seorang hamba (budak/abdi) yang tidak memiliki sesuatu apapun bahkan hingga pengetahuan tentang Nya sekalipun, bahwa engkau berawal dari tidak ada dan akan kembali kepada Nya dengan kehendak dan kekuasaan Nya dengan segala ke Maha an Nya. Menyitir sebuah pesan dari Almarhum Guru Al Mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah Suryalaya, As Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad ra kepada murid-muridnya :
"Maneh kudu lewih hina ti bangke anjing !" ( Kamu harus lebih hina dari bangkai anjing ).
Memanglah demikian, celoteh maupun perkataan yang terlihat seperti menghina dan sederhana namun kaya akan makna dan nasihat bagi setiap diri dan jiwa yang meniti perjalan ruhaniah menuju Ridho, Cinta dan Ma'rifat kepada Allah Al Haq Azza Wa Jalla.
Nah, apakah sampai dengan hari ini, jam ini, detik ini, saat ini, kita semua masih suka "merasa" ??
kalo jain mah gak ngerasa ntuh hehehe lanjut atuh kang nulis yua
BalasHapus