Satu pagi di pasar kota Baghdad. Orang-orang berkerumun di salah satu pojok pasar. Mereka menunggu sebuah pertunjukan akrobat keliling yang akan menampilkan seekor singa gurun pasir yang bernama "Sultan".
Bahlul pun turut serta bersama kerumunan orang-orang, seperti biasa ia hanya tersenyum sambil menolehkan wajahnya ke kiri dan ke kanan kepada orang-orang yang berada di sekitar dirinya tanpa juga mempedulikan apakah orang-orang yang tersapa dengan gayanya itu membalas atau malah acuh tak acuh.
Tibalah saatnya, seorang laki-laki menuju tengah kerumunan dengan pakaian yang indah dan megah. Ia menyambut sorak sorai penonton yang sudah mulai berdesak-desakan itu.dengan penuh penghormatan.
"Salamun Alaykum saudaraku para penduduk kota Baghdad..", ia mulai membuka pertujukan. "Hari ini kalian semua akan menyaksikan sebuah pertunjukan yang tiada bandingnya, kalian semua akan melihat bagaimana seekor singa padang pasir yang gagah bernama Sultan akan melakukan akrobat yang belum pernah ada dan bagaimana ia yang gagah begitu penurut kepadaku", lanjutnya.
Tak lama kemudian, ia memberi isyarat kepada pembantunya agar mengeluarkan singa yang bernama Sultan itu keluar dari kandangnya. Untuk kemudian, dituntunnya Sultan mendekati laki-laki itu. Para penonton terdiam dengan menahan nafas menyaksikan Sultan yang berjalan dengan gagahnya, dan kemudian ia duduk dengan tenangnya sambil mengibas-ngibaskan ekornya sesekali. Sultan terlihat indah, tenang dan tidak tampak liar seperti singa padang pasir pada umumnya.
Pertunjukan pun di mulai, dari satu akrobat kepada akrobat yang lain terlihat begitu memukau dan membuat para penonton yang menyaksikannya menjadi kagum dan keheran-heranan. Tibalah akhir dari pertunjukan, laki-laki itu menyuruh Sultan membuka mulutnya sehingga terlihatlah taring-taringnya yang mengerikan, laki-laki itu memasukan kepalanya kedalam mulut Sultan tanpa rasa gentar dan takut, untuk sekian lama kepalanya terbenam ke dalam mulut Sultan dan di keluarkannya lagi kepalanya itu dengan selamat. Semua penonton bersorak atas akhir pertunjukan itu yang mencekam dan membahayakan.
Laki-laki itu mengangkat kedua tangannya dengan senyum yang lebar penuh kepuasan, kemudian ia membungkuk memberi hormat kepada penonton sementara Sultan berada tepat di belakangnya.
Tanpa diketahui oleh laki-laki itu, tiba-tiba secepat kilat Sultan menerkamnya dari belakang. Ia jatuh tersungkur dengan tubuh belakangnya tercengkeram oleh Sultan, kuku-kuku tajam Sultan merobek-robek belakang tubuhnya sambil mengeluarkan suara yang keras dan menyeramkan.
Para penonton yang menyaksikan itu membubarkan diri lari tunggang langgang meninggalkan arena pertunjukan itu, suasana menjadi ramai dan gaduh. Sementara, Bahlul tetap pada tempatnya menyaksikan peristiwa itu sambil jongkok.
Pembantu laki-laki itu, mulai memukuli Sultan dengan tongkat besinya untuk mengusir Sultan menjauh, tampaknya ia berhasil. Sultan menyingkir tidak terlalu jauh dari korbannya, ia kembali duduk tertidur dengan wajahnya yang diletakkan di atas tanah. Sultan terdiam, ia tidak bergerak sama sekali seperti menyesali atas perbuatannya barusan. Sebuah peristiwa yang mengherankan dan membuat orang-orang yang menyaksikan pertunjukan tadi menjadi bertanya-tanya.
Seseorang yang masih berada dekat Bahlul mengomentari peristiwa barusan,"Bagaimana bisa, Sultan yang begitu penurut dan terlatih melakukan penghianatan demikian mengerikan kepada tuannya sendiri ?, aneh.."
Bahlul tersenyum mendengar komentar orang itu, "Sesungguhnya hal tersebut tidaklah aneh, laki-laki itu telah diterkam oleh dirinya sendiri yang telah terpedaya oleh perbuatannya sendiri. Coba anda bayangkan kawan, berapa banyak orang yang telah menjadi seperti laki-laki itu, tetapi mereka tidak menyadari bahwa diri mereka telah tercabik-cabik oleh diri mereka sendiri. Nah, anehnya mereka malah menikmati itu semua.."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar