Bahlul melihat seorang tua buta yang berjalan selangkah demi selangkah dengan tongkatnya, ia menghampiri orang tua buta itu dan berkata,"jika tuan berkenan, bolehkan aku meminta tongkatmu tuan ?", orang tua buta itu kaget dan berkata, "untuk apa kawan ?!, bukankah engkau tidak buta", Bahlul malah meraih tangan orang tua buta itu dan mengambil tongkatnya sambil berujar, "sesungguhnya akulah yang buta dan lebih membutuhkan tongkat ini dibanding tuan. Nah, sekarang tuntunlah aku kemana saja tuan suka."
Pada saat yang bersamaan ada seorang tetangga Bahlul yang melihat kejadian tersebut, ia menghampiri keduanya dan berkata,"Kamu ini aneh Bahlul, bagaimana mungkin seorang tua buta seperti dia berjalan menuntunmu sedangkan ia sendiri memang buta dan engkau dapat melihat."
"Maaf sahib, tidakkah juga engkau melihat, bahwa dia lah yang dapat berjalan dengan benar dan melihat dengan benar dengan kewaspadaan dan kehati-hatian, bukan seperti kita ini, yang berjalan sembarangan serta selalu buta terhadap perjalanan dan lebih sering melihat kepada yang bukan urusan kita diperjalanan.", timpal Bahlul dengan serius.
"Tetapi, bagaimana dengan tongkatnya itu, yang juga engkau ambil darinya ?", jawab si tetangga dengan pertanyaan yang masih penasaran.
Bahlul tidak menjawab pertanyaan tetangganya itu, ia malah berjalan mengikuti orang tua buta yang menuntunnya. "Wahai sahib !, justeru tongkat inilah mata yang sesungguhnya..!", teriak Bahlul sambil terus berjalan perlahan-lahan mengikuti langkah orang tua buta itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar