Pagi itu, Bahlul bersama keledainya pergi menuju pasar kota Baghdad. Pada saat pertengahan perjalanan ia bertemu dengan seorang pedagang keledai, dan si pedagang itu menahan Bahlul untuk melihat keledai Bahlul yang disangkanya akan dijual oleh Bahlul.
"Assalammu'alaykum sahib, kulihat engkau akan menuju kepasar dan akan menjual keledai ini.", sapanya kepada Bahlul.
"Wa alaykum salam, apakah anda tertarik dengan keledai aku ini tuan ?", balas Bahlul kepada si pedagang.
"Tentu, dari kejauhan saya sudah tertarik sekali melihatnya, ia begitu bagus dan kuat, hingga hati saya menjadi gembira melihatnya sekarang.", jawab si pedagang.
Bahlul tersenyum mendengar tutur kata si pedagang, ia melanjutkan,"Keledai ku ini tidak seberapa bagus dibandingkan dengan keledai yang ada di belakang tuan. coba tuan tengok dan lihat keledai itu."
Si pedagang dengan cepat menengok kebelakang, dan tidak mendapatkan keledai yang di maksudkan oleh Bahlul. Ia menengok kesana dan kemari, mencari keledai yang di maksudkan oleh Balul namun tidak juga ditemukan.
"Di mana keledai yang engkau maksud itu ?, saya tidak dapat melihat dan menemukannya.", ujar si pedagang dengan bingung.
Seketika Bahlul menampar muka si pedagang dan berkata, "Dasar pendusta dan peselingkuh !, tadi engkau mengatakan jatuh hati kepada keledai ini, seketika itu juga engkau berpaling kepada yang lain walaupun itu hanya sekedar dari perkataan saja."
Si pedagang bertambah bingung dengan hal tersebut, tamparan dan perkataan Bahlul benar-benar telah masuk kedalam fikirannya. Seketika itu juga, dalam keadaan yang gundah dan bingung, ia berlari meninggalkan Bahlul sambil berteriak-teriak,"Oh Tuhan, aku adalah penipu !, aku adalah penipu !.."
Bahlul dan keledainya meneruskan perjalanan, ia berbicara sendiri kepada keladainya itu, "coba engkau lihat kawan, bagaimana sebuah tamparan dapat menyembuhkan penyakit, dan coba engkau juga renungkan, bagaimana sebuah tamparan Tuhan kepada orang itu tadi."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar