Sesungguhnya apa yang engkau lihat ?, lalu setelah itu hawa nafsumu mulai memberikan komentarnya, setelah itu engkau akan pergi meninggalkan dirimu sendiri walau sesaat dan lebih menyelami apa yang kau lihat, pada saat itu pula hawa nafsumu membuka kesempatan bagi syetan untuk memberikan pendapat yang lain atas hal yang pertama tadi, begitulah seterusnya, sesuatu yang tidak engkau sadari.
Ketika semua yang engkau berikan dan yang engkau harapkan dari keperdulian menjadi asap yang membumbung dan hilang melarut dalam udara ?, untuk kemudian engkau menatap keatas dan berharap hal itu menjadi awan indah yang berarak penuh pesona, oh.. sungguh, kau telah terhalangi dari birunya langit yang megah dan membahana, walau hanya sekilas.
Apa yang diberikan sang majikan seperti tidak dilihat, ketika itu si budak malah menginginkan yang lain, yang memang belum diberikan, ketika diberikan "keta'atan", ia malah meminta "kekhusyuan", belum lagi dengan hal yang lainnya, terimalah saja wahai budak !.. dan laksanakan saja apa yang sudah diberikan kepadamu, mengapa begitu sulit untuk bersyukur barang sebentar saja sebagai tanda terima kasihmu kpd sang majikan ?
Tidaklah sama kekecewaan yang bersama Nya dengan kekecewaan atas putusnya harapan keinginan dirimu, amat sangat samarnya antara kedua itu, hingga sulit untuk dibedakan. Sudah terlampau sering ketentuan Nya ditepis dan tidak mau diterima dengan teriakan Nama Nya, adab dan pernyataan yang berbeda.
Wajah pucat pasi, berdiam dengan sunyi, hujan halus berjatuhan menyejukkan bumi, terdengar bagai nyanyian dzikir para malaikat yang menari-nari.. Ketika Engkau tampak, segala kerumitan citra Mu, menjadi teramat sederhana, bahkan cinta dan keridhoan Mu tampak teramat malu untuk datang kepadaku.
Aku tertawa ketika Engkau mengatakan bahwa Engkau bagaimana prasangkaku, bagaimana mungkin aku memiliki prasangka untuk Mu, sedangkan setiap prasangkaku adalah budak, dan Engkau adalah Maha Raja.
Aku mengejar setiap ketinggalanku atas perintah Mu, Engkau malah seperti tersenyum saja melihat itu, kala itu sejenak ku berhenti dan kulihat diriku sendiri yang carut marut dengan prasangkaku sendiri, seorang budak.
Aku seperti akan berlari dan pergi dari Mu, entah kemana saja seiring jiwaku, tetapi aku teringat bahwa aku masih belum bisa memberikan sesuatu yang paling Engkau sukai, agar dengan itu pula Engkau dapat menahanku untuk tidak berlari dan pergi..
Berusaha kuhapus jejak bekas kakiku, dan apapun yang menempel dibawahnya, agar Engkau mau menerima kedatanganku, kali kesekian aku datang dengan harapan bertemu, tetapi Engkau malah melangkah pergi, kulihat Engkau melangkah dikejauhan, akupun berteriak memanggilMu dan berkata,"..alas kakiMu tertinggal disini !"
Masih adakah yang lain?, sudah tak sanggup lagi ku memecah kepada yang lain, adalah kedustaan bagiku, ketika ku berusaha menyenangi Mu dengan membersihkan alas kaki PangeranMu, dalam pada itu aku juga melihat dan menginginkan sesuatu yang bukan bagianku, walaupun itu juga dapat menyenangi Mu.
Ketika Engkau pergi dariku, aku tidak akan memohon kepada Mu untuk kembali, tiada pantas bagiku akan hal itu, aku hanya dapat menunggu Mu di sini, tiada harapanku kecuali terserah bagaimana kemauan Mu.
Maafkanlah dan ampunilah aku, karena aku pernah terpikat eloknya yang lain, aku terpatuk dan tergigit olehnya, racunnya menjalar hingga ke kepalaku, hingga setiap waktu ku teringat akan keelokannya. Namun, dengan itu pula, aku tidak berdaya dan mengiba kepada Mu, racun yang akhirnya mematikan aku berkali-kali, dan Engkau menghidupkan aku kembali berkali-kali untuk kembali kepada kematian yang lain. Setelahnya, kematian menjadi amat sangat sederhana, bukan pula tujuan, karena itu adalah perumpamaan, tidak pula rumit dengan segala persembahan, kalaupun dahaga terus mendulang ketidakpuasan, cukuplah bagiku dengan syukurku dalam wujud mengingat Mu tanpa batas dan keadaan. Keperdulianku tak akan pernah sama dengan keperdulian Mu, bagi Mu ketidak perdulian, bagiku adalah keperdulian..
Memang begitu, orang bisu duduk makan gula-gula, terlihat orang bagai gila, hanya tersenyum saja. memang begitu, ada duduk, tidur juga berdiri, sungguh manis semanis gula-gula, sesiapa bakal tiada sangka, tak perduli siang dan malam berganti, tak perduli matahari dan rembulan saling iri, tak perduli sesiapa berucap kata mencibiri, tak perduli mata kepala cemburu dan iri, atas apa yang disaksikan oleh hati ini.
Dapatkah engkau lihat wahai kawan?, dalam kemabukkan anggur dari cawan Nya, cinta dapat menjadi dua, bagai air dan minyak yang tak akan pernah bercampuran. Yang ini berkorban untuk setiap pengorbanan, yang itu berkorban untuk setiap ketakutan. Yang ini tak perduli kedekatan atau kejauhan, yang itu tak ada kerelaan atas setiap keadaan. Yang ini menjadi keabadian, yang itu berawal dan berakhir dengan keterpisahan. Yang ini menjadikan muda abadi selalu, yang itu adalah kuburan yang menjadi debu bagi tubuh-tubuh yang indah kala dulu.
Apakah aku berada dihadapan Mu ?, aku tidak pernah tahu, apabila Engkau memang sudi akan hal itu, lindungilah aku dari ujub dan riya yang terlihat dan tidak terlihat akan hal itu.
Orang-orang bernyanyi lagu-laguan Cinta Mu, aku menjadi cemburu, akan kulempari mereka dengan batu Mu, jika saja ada yang lari ataupun marah kepadaku, maka mereka bernyanyi untuk kesenangan diri mereka, sungguh! cemburuku adalah permohonan maafku kepada mereka yang juga permohonan ampunanku kepada Mu untuk mereka, seperti aku melihat seorang isteri yang tidak mau dimadu oleh suaminya..
Aku tertawa sendirian, atas seringkalinya Engkau membodohi dan dibodohkannya aku dengan segala bentuk ujian dan siasat Mu, aku tersenyum-senyum sendirian, ketika kuingat dan kurenungkan bahwa bukankah aku juga mahluk ciptaan Mu yang bertabiat tidak pernah puas ?, maka akupun tidak akan pernah puas kepada Mu untuk hal itu, masih adakah yang lain ?
Kucumbui waktu Mu, sendirian, kukuburkan duka cita jejakku dikedalaman, demi sedikit saja dari Mu, adanya sebuah perhatian, bahwa aku tengah terluka dalam kematian atas penantian.
Ya Rabb.. jangan Engkau samakan aku dengan mereka, jangan pula tempatkan aku dalam barisan pecinta Mu, singkirkan aku dari mereka, apabila ada berkah atas amalanku yang Engkau anggap, berikanlah itu semua kepada mereka, karena aku bukanlah peminta-minta.
Engkau tidak pernah mau menjawab setiap pertanyaanku, ternyata tiadanya jawaban dari Mu merupakan jawaban bagiku, bahwa setiap pertanyaanku adalah hijabku kepada Mu, aku lebih sering memperhatikan pertanyaanku sendiri, dibanding memperhatikan Mu.
Apa yang membuatmu kagum wahai kawan ?, terkagumkan akan sesuatu diluar kemampuan, lukisan indah yang hasil perahan, terlihat bagai susu segar baru saja dituangkan, terkagumkan disetiap regukkan demi regukkan, tidak tahu menjadikan alasan, tertutupi dari sesungguhnya keindahan, berlarilah dari situ wahai kawan, lihatlah dirimu yang masih terjamakkan.
Engkau bermain hati, pada siapa saja yang Engkau kehendaki, agar Engkau diketahui, bahwa Engkau adalah pemilik tunggal setiap hati..
Apa yang kau cari wahai pencari, jika hanya satu yang kau cari, sesungguhnya kau telah mendapatkan apa yang kau cari, adalah pencarian itu sendiri, bukankah apa yang kau cari sesuai dengan prasangkamu wahai pencari.. dan prasangkamu adalah mencari maka akan terjauhi dari yang kau cari.
Hujan Mu tumpah ruah, membasahi tanah, menggeser segala diatasnya, begitulah kesederhaan Mu bersahaja, ketika Engkau tumpah ruah , membasahi asalku atas tanah, segala hal yang kutahu bergeser entah kemana arahnya, dan aku pun tersapu dengan begitu yang bersamaan dengan hujan itu.
Matikan dirimu, hapuslah jejakmu, lepaskan pengetahuanmu, walau sejenak, biarkan Dia berkata.. "datanglah kepada Ku dan sambutlah tangan Ku", untuk kemudian Dia datang padamu tanpa berteriak, menjadikanmu bodoh dalam kebijaksanaan yang terkuak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar